Jumat, 20 Mei 2011

Joko: Arema Harus Benahi Struktur Kepengurusan


Chief Executive Officer PT Liga Indonesia Joko Driyono mengatakan, Arema Indonesia sangat sulit dijual jika manajemen tidak lebih dulu membenahi struktur kepengurusan dan perencanaan bisnis, khususnya perencanaan bisnis yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan.

“Sesungguhnya, sangat tak gampang menyerahkan Arema ke investor. Apa pun istilahnya, seperti dijual, penyerahan hak kelola, tetap sangat sulit dilakukan jika kondisi Arema seperti itu. Strukturisasi dan business plan, khususnya financial planning, harus segera dilakukan,” kata Joko kepada Tempo, Minggu, 15 Mei 2011.

Pembenahan struktur kepengurusan, kata dia, mutlak dilakukan karena rentang kendali dan koordinasi di Arema sangat amburadul. Sejumlah posisi jabatan kosong tapi tak segera diisi lewat sistem dan mekanisme yang berlaku di Yayasan Arema maupun di PT Arema Indonesia.

Ada pula pejabat yang masih tercatat di struktur, tapi nyaris tak bekerja. Alhasil, praktis, hampir seluruh kendali dan operasionalisasi di Arema dilakukan orang-orang di luar struktur kepengurusan. Kehadiran orang luar yang ikut mengurusi Arema turut menyumbang terjadinya ketidakharmonisan antarpetinggi Arema.

Pembenahan struktur harus diimbangi dengan kesempurnaan manajemen sehingga dibutuhkan personel yang profesional dengan kemampuan mendesain rencana bisnis Arema dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

“Jangka pendeknya untuk satu musim, jangka menengahnya untuk 2-5 tahun, dan jangka panjangnya untuk 10 sampai 20 tahun ke depan agar agar calon investor, calon pembeli, atau siapa pun yang berminat masuk tahu persis kondisi obyektif dan kondisi faktual Arema. Itu bisa disusun ke dalam prospektus,” kata Joko.

Prospektus adalah gabungan antara profil perusahaan dan laporan tahunan yang menjadikannya sebuah dokumen resmi yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk memberikan gambaran mengenai saham yang ditawarkan untuk dijual ke publik.

Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal PSSI itu mencontohkan, jika mau menjual saham, harga Arema harus diukur dari nilai buku dengan nilai pasar, apakah nilai saham atau modal dasar Arema sudah sesuai dengan regulasi yang berlaku, khususnya harus sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, serta peraturan lainnya.

“Tak gampang. Untuk praktisnya, Arema harus buat prospektus biar calon investor percaya dengan barang yang mau dibeli. Manajemen Arema bisa menyewa tenaga ahli dari luar jika kesulitan menyusun business plan itu,” Joko menyarankan dan lalu menukas, “Tapi sebenarnya yang bisa menyelesaikan persoalan itu ya mereka sendiri. Hanya mereka yang dapat menolong diri sendiri.”

Joko pernah menjadi “dokter Arema” di masa transisi sejak Bentoel melepas pengelolaan klub Singo Edan pada 3 Agustus 2009 hingga sekitar Desember tahun yang sama. Joko turut mendesain rencana bisnis Arema walau akhirnya merasa “patah hati” karena tak semua konsep yang dirancang berjalan sesuai kesepakatan di tingkat manajemen.

Sumber Tempo bercerita, Joko patah hati dan malas mengurusi Arema setelah Mochamad Arifin, tenaga freelance yang dipercaya mengurusi pencarian sponsor dan iklan untuk Arema selama semusim, malah diangkat jadi direktur perseroan tanpa sepengetahuan dirinya.

Menurut isi Akta Nomor 122 tanggal 19 Desember 2009, yang dibuat notaris Eko Handoko Widjaja, pengangkatan Arifin diputuskan dalam rapat pemegang saham pada 26 November 2009.

Arifin kemudian diganti Siti Nurzanah. Penggantian Arifin dengan Siti Nurzanah diputuskan dalam rapat pemegang saham, 25 Januari 2010. Keputusan rapat ini dikuatkan dalam Akta Nomor 1 bertanggal 1 Februari 2010 yang dibuat Eko Handoko Widjaja.

Terakhir, Joko diminta kembali terlibat dalam rapat informal di Istana Dieng Club House, milik Iwan Kurniawan (bos PT Anugerah Citra Abadi), pada Rabu malam, 4 Mei lalu.

Sekarang Siti Nurzanah pun “menghilang” sejak Oktober tahun lalu. Kepada Tempo, dia mengaku ditekan “pengurus liar” untuk tidak lagi mengurusi divisi penjualan Arema. Begitu pula dengan Muhamad Nur, Ketua Yayasan Arema.

Ketidakjelasan posisi dan kerja Muhamad Nur dan Siti Nurzanah menandai amburadulnya manajemen Arema. Dalam catatan Tempo, manajemen Arema mulai goyah setelah beberapa pejabatnya mengundurkan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar